NEW JURNALIS - Pelestarikan budaya leluhur, Pendopo Yayasan Tlasih (Padepokan Tlasih) Delapan Tujuh (87) menggelar Rumah Agung Bumi Nuswantoro dan kirab budaya di Dusun Sumber Tempur, Desa Sumber Girang, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Rabu (2/8/2023).
Pangeran Herry Adipati Wongsonegoro Kasunanan Surakarta yang sekaligus pendiri Yayasan Tlasih 87 megatakan, kegiatan ruwatan merupakan agenda rutin di bulan Suro atau bulan 1 Muharram yang sudah berjalan 28 tahun.
Ikut hadir dalam acara tersebut masyarakat Mojokerto juga luar kota dan beberapa perwakilan kesultanan dari Kalimantan, Keraton Surakarta Hadiningrat dan juga hadir dari luar negeri Malaysia, dan India.
“Kegiatan ini tujuannya melestarikan budaya nilai-nilai luhur yang diberikan leluhur kita dengan makna menghilangkan energi-energi negatif,” ucapnya.
Ada 2 Hal energi negatif,bagian yang satu dampak dari sang pencipta. Sebagai contoh anak ontang anting, sendang kapit pancuran, Pendowo pendewi anak lahir terbelit usus itu bagian dari Soekanto.
Yang kedua dari kelalaian manusia seperti orang membakar rambut orang, orang berdiri di tengah tengah pintu, ini bagian Sukarto dan semua ini perlu kita keluarkan untuk memberikan energi.
“Ruwatan agung sukerta mempunyai makna yang luas, biasanya banyak masyarakat menggelar sedekah bumi. Karena kita ambil sari-sari makanan dari bumi. Banyak orang lupa sujud syukur atas karunia yang di berikan kepada kita,” pungkas Pangeran Harry Adipati Wongsonegoro Kasunanan Surakarta.
Pendiri Yayasan dan Padepokan Tlasih 87, Pangeran Hari Adipati Wongsonegoro dari Kadipaten Wongsonegoro, Kasultanan Surakarta, kegiatan ini bertujuan untuk membuang energi negatif dalam diri manusia, dan untuk menyatukan Nusantara bagi generasi muda.
”Kegiatan ini bertujuan untuk membuang energi negatif dari diri manusia. Juga energi negatif dari luar,” terang Hari kepada blok-a.com saat di lokasi.
Hari mengatakan, terdapat dua rangkaian acara. Yaitu pawai keliling Desa, dan acara utama yaitu Ruwat Sukerta sebagai bentuk syukur kepada sang pencipta, juga doa kepada Indonesia untuk selalu aman dan damai.
Terdapat aspek yang unik dalam kegiatan ini, yaitu semua panitia penyelenggara tidak boleh berubah dan tidak boleh diganti sepanjang tahun.
Lokasi kegiatan juga tidak boleh dipindah, termasuk penentuan tanggal acara pada malam tanggal Bulan Purnama di bulan Muharram.
”Setiap kegiatan Ruwat Agung semua panitia tidak boleh ganti ataupun berubah, tempatnya juga tetap di sini, dan diadakan setiap malam Bulan Purnama,” imbuhnya.
No comments:
Post a Comment