New Jurnalis.com,(Kediri-Jawa Timur)-Baru-baru ini, berita mengenai seorang jurnalis yang melaporkan aktivitas bos Solar di Kediri viral setelah ia dianiaya oleh sekelompok mafia BBM Subsidi.
Berita ini dipublikasikan oleh portal berita online portalmabesnasional dengan judul “Propam Turun Gak Bahaya ta, Hentikan Perbuatan Keji Mafia Solar Kediri,” dan media hukum resorthukum yang berjudul “Polda Jatim Segera Usut Tuntas Dalang Penganiayaan, Diduga Bos Kris dan Bos Ridwan Mafia Solar Kediri.”
Pada Rabu, 23 Agustus 2023, dalam narasinya, berita tersebut mengungkapkan bahwa beberapa pihak sedang menyelidiki kasus penganiayaan terhadap M Lugi Maritanto, dengan mengaitkan sejumlah nama, termasuk Bram, seorang wartawan sekaligus pimpinan redaksi media tersebut. Bram diduga dipaksa untuk memberikan pengakuan bahwa Lugi meminta sejumlah uang kepada Pak Komarudin, seorang anggota LSM.
“Lugi mengaku bahwa ia hanya mengikuti perintah karena takut akan Kris, Bram, dan Rudi, dan demi keselamatan hidupnya.
“Lugi, menceritakan bahwa ia diculik dan dibawa ke sebuah rumah kosong di pinggir sungai Brantas, kemudian disiksa dan dipukuli oleh sejumlah orang, termasuk Rudi, Bram, Kris, dan orang lain yang tidak ia kenali.
Pada titik tertentu, ada konfirmasi melalui pesan WhatsApp dari Propam Polres Kediri yang akan menyelidiki kasus mafia solar yang diduga kebal hukum.
Muncul pertanyaan apakah ada konsorsium terselubung yang terlibat dalam aktivitas ini.
Pihak bos mafia yang terkait tampaknya tidak memberikan respons, dan upaya konfirmasi ke pihak Kapolres Kediri dan kota melalui pesan WhatsApp juga tidak mendapatkan tanggapan.
paya konfirmasi kemudian dilakukan kepada Paminlal Polda Jatim untuk mendapatkan respons yang baik dan mengharapkan agar pihak APH wilayah Kediri merespons baik terhadap kasus penganiayaan dan pengancaman ini agar tidak terulang.
Kediri, yang dulunya dikenal sebagai kota tahu, sekarang diberitakan menjadi kotor akibat aktivitas mafia solar. Lugi M., seorang pegiat sosial dan jurnalis, hampir kehilangan nyawanya dalam insiden ini oleh mafia solar dan oknum TNI AD.
Kejadian ini berawal ketika Lugi M. dan rekan-rekannya mengikuti tangki BBM milik Bu Meme, seorang warga Surabaya yang hendak mengisi solar di lapak milik Kris di Desa Joho, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.
Lalu, Lugi dibiarkan tanpa pengobatan dan dianiaya di dalam mobil sebelum dibawa ke Polres Pare. Di sana, ia diperintahkan untuk minum urine, namun upaya kriminalisasi oleh kepolisian Polres Pare ditolak karena tidak ada bukti yang cukup dan tidak ada permintaan uang darinya, ungkap Sugi kepada media.
Sugi juga menegaskan bahwa ia telah berkoordinasi dengan pengacara, Pak Arip, dan akan melaporkan insiden ini ke Polda Jatim, karena keluarganya masih diancam oleh mafia tersebut. Mereka diancam bahwa jika berani melaporkan, anak-anaknya dan istri akan dibunuh.
Kami, sebagai sesama insan media, sangat prihatin dengan kejadian yang menimpa Lugi Maritanto. Kami juga mempertanyakan mengapa mafia tumbuh subur di Jawa Timur, dan apakah benar dugaan bahwa mereka mendapatkan perlindungan dari aparat hukum? Kami berharap Kapolda Jatim akan mengevaluasi kinerja anak buahnya, termasuk Kasatreskrim Polres Kabupaten Kediri, setiap kali ada laporan dari media.
Namun, tampaknya permohonan konfirmasi dan respons tidak dijawab oleh APH. Inilah yang membuat kita bertanya-tanya tentang sistem hukum negara kita. Kami mengajak semua insan media di Jawa Timur, se-Indonesia, termasuk pimpinan redaksi dan LSM, serta youtuber, untuk membantu menyebarkan berita ini agar dapat menciptakan perubahan dalam aparat penegak hukum kita, dan agar tidak ada lagi kriminalisasi terhadap jurnalis seperti yang terjadi di Sidoarjo dan sekarang di Kota Kediri.
Di sisi lain, ada video viral M. Lugi Maritanto yang mempertanyakan berita yang beredar tentang kasus penganiayaannya, menyebutnya sebagai hoaks. Berita ini tersebar luas di beberapa media seperti mediasaberpungli.com, jejakkasustv.com, detikkasus.com, jejakkasus.info, dan zonasatunews.com.
Semua ini menciptakan ambiguitas dan membuat masyarakat bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
No comments:
Post a Comment