Tasyakuran Hari Pahlawan: Mbah Amad Dapatkan Rumah Baru di Trawas
Mojokerto | Newjurnalis.com - Udara Trawas Kabupaten Mojokerto yang sejuk diselimuti awan senantiasa dikunjungi oleh wisatawan mencari suasana santai. Mbah Amad usia 103 tahun salah satu pejuang ‘45 yang ikut gabung dengan arek Suroboyo untuk menurunkan dan merobek bendera Belanda di Hotel Orange/Yamato dikala 19 September 1945, Beliau lahir di Sidoarjo 7 Februari1922 yang sampai saat ini belum punya rumah.
Organisasi Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia Yang Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan wilayah Provinsi Jawa Timur menawarkan pada Mbah Amad untuk dibangunkan rumah tinggal sendiri. Mbah Amad menyetujui dibangunkan rumah, Beliau memilih dibangunkan di dusun Njanti desa Selotapak Trawas Mojokerto.
Pembangunan rumah ini dalam rangkaian Tasyakuran peringatan Hari Pahlawan 10 November 2024 oleh Organisasi PCTA Indonesia Provinsi Jawa Timur dengan pelaksana teknik dari PCTA Indonesia DPC Kab dan Kota Mojokerto. Dengan niat syukur menghormati Pejuang pembela Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, maka Mbah Amad dipilih untuk dibangunkan rumah. Keterangan ini bersumber dari Udang Lisyanto S.Pd selaku Staf Humas DPP PCTA Indonesia.
Pada 20 April 2025 banyak tamu undangan yang hadir dalam acara Tasyakuran serah terima rumah syukur Hari Pahlawan untuk Mbah Amad di Trawas. Nampak hadir dari undangan Pemerintah Kabupaten Mojokerto adalah Bapak Drs. Nugraha Budhi Sulistya M.Si selaku Kepala Bakesbangpol Kab Mojokerto yang didampingi Pimpinan Forkopimcam Kecamatan Trawas beserta jajaran. Bapak Nugraha merasa berterima kasih pada Mbah Amad yang berkenan memilih tempat istirahat di Trawas, karena Trawas memiliki nilai sejarah besar dalam perkembangan Nusantara Mojopahit.
Semoga Mbah Amad menjadi semakin sehat dan berumur panjang karena udara sejuk di Trawas yang menyehatkan. Bapak Nugraha berpesan pada Ibu Camat Trawas untuk memberikan kemudahan fasilitas Mbah Amad, listrik gratis, biaya kesehatan gratis, pajak tanah gratis karena Mbah Amad adalah pejuang yang wajib perjuangkan sebagai bagian kecil balas budi kita atas perjuangan Beliau.
Acara Prosesi serah terima dilakukan dengan adat jawa, sebelum masuk rumah Mbah Amad dikirab dari jalan depan rumah dengan membawa tikar, bantal, sapu, lampu, bunga tabur, dan masih banyak lagi rangkaian lainnya.
Acara prosesi ini didukung dari para keluarga PCTA Indonesia yang berasal dari Pecinta Budayawan Mojopahit diantaranya: Padepokan Macan Putih, Padepokan Padurekso, Pekumpulan Kencono wungu, Paguyuban suluk aji, Paguyuban Puser Bumi, Paguyuban senja, Yayasan Peduli Claket, Romo Pandito Tengger Sukarji, Darma kasepuhan mojokerto dan tokoh lintas agama lainya. Mhah Amad merasa senang dan terharu karena masih ada yang mau peduli dengan orang tua sepertinya.
Mbah Amad berpesan untuk semuanya tetap bersatu Cinta Tanah Air Indonesia, karena perjuangan pejuang bangsa perlu dijaga dan dilanjutkan sampai anak cucu. Dalam sambutan Ketua PCTA Indonesia wilayah Jawa Timur Bapak Puryono menjelaskan bahwa pembangunan ini bersifat netral tidak ada sangkut pautnya dengan urusan politik, agama, golongan apapun.
Semua yang dilakukan semata-mata sebagai ungkapan syukur terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. PCTA Indonesia merupakan organisasi yang dibangun dalam rangka menjalin kerukunan hidup umat beragama. Kerukunan ini sangat penting bagi kita semua untuk membangun bangsa kita yang besar ini. Pada dekade sekarang ini, banyak permasalahan mendasar yang mencuat menjadi problem nasional.
Dekadensi moral bangsa, rendahnya rasa persatuan dan kesatuan, redupnya rasa cinta tanah air dan kurangnya rasa syukur atas Kemerdekaan Indonesia dan ini memunculkan rentetan-rentetan kejadian yang merugikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Segala macam permasalahan yang terjadi di negeri ini disebabkan karena lunturnya rasa cinta tanah air dan obat dari penyakit yang melanda negeri ini adalah jika cinta tanah air kembali tumbuh dan berkembang di jiwa bangsa Indonesia. Kecintaan terhadap tanah air yang ada di dalam dada para pendiri bangsa ini, mengejawantah dalam nilai- nilai luhur bangsa, dan muncul dalam nilai-nilai negara.